Selengkapnya di http://pestacarolgabe.blogspot.com Cara Membuat Menu Horizontal Pada Blogspot Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

Jumat, 12 November 2010

MORTAR

Mortar

        Mortar merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan dalam bidang konstruksi. Mortar sangat diperlukan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Dewasa ini mortar sudah banyak dikembangkan dalam bentuk paving block, tegel, buis beton dan lain lain. untuk itu dengan perkembangan teknologi beton sekarang ini khususnya mortar memnjadi lebih efektif dan efisien dengan membuat struktur mortar yang baik. 
        Mortar adalah bahan bangunan berbahan dasar semen yang digunakan sebagai perekat untuk membuat struktur bangunan. Yang membedakan mortar dengan semen, mortar adalah semen siap pakai yang komponen pembentuknya umumnya adalah semen itu sendiri, filler, dan berbagai jenis additif yang sesuai. dalam proses penggunaan semen, biasanya kita melihat semen dicampur dengan pasir ayak, kapur (lime), bata merah halus (opsional), dan air. Pencampuran ini tentunya selalu tidak pernah seragam.Yang membedakan mortar dengan beton adalah, bila agregat hanya terdiri dari agregat halus saja, disebut mortar semen atau mortar saja, dan bila mengandung agregat yang kasar, maka disebut beton. 
        Kekuatan beton ditaksir dengan mengukur kekuatan hancur dari kubus atau silinder uji yang dibuat dari adukan. Benda uji ini biasanya dirawat, dan diuji setelah 28 hari menurut prosedur standard. Beton dengan kekuatan yang diberikan diidentifikasikan dengan ‘mutu’nya – suatu beton mutu 25 mempunyai kekuatan hancur karakteristik sebesar 25 N/mm2. Kekuatan tarik beton besarnya hanya kira-kira 10 % dari kekuatan tekan. Oleh karena itu hampir semua konstruksi beton bertulang direncanakan dengan anggapan bahwa beton sama sekali tidak memikul gaya tarik. (W.H Mosley, 1984) Faktor-faktor yang membuat beton sebagai material bangunan yang umum tampak nyata sekali, sehingga beton telah dipakai , dengan cara dan jenis yang lebih primitif dari pada keadaan sekarang ini. Salah satu dari factor tersebut ialah kemudahan pengolahannya, yaitu dalam keadaan plastis, beton dapat diendapkan dan diisi ke dalam cetakan atau bekisting yang hampir mempunyai semua bentuk yang praktis. Daya tahannya yang tinggi terhadap api dan cuaca merupakan butki dari kelbihannya. Sebagian besar dari material-material pembentuknya, kecuali semen biasanya tersedia di lokasi dengan harga murah atau pada tempat yang tidak terlalu jauh dari lokasi konstruksi. (George Winter, 1993) 
         Mortar untuk sambungan digunakan untuk menyambung bata, batu dan blok beton. Perbandingan semen dan pasir adalah 1 : 2 atau 1 : 3 dan banyaknya kapur mati ekuivalen dengan 20% dari semen yang ditambahkan. Mortar tembok yang digunakan dalam berbagai perbandingan campuran untuk memenuhi keperluan pekerjaan. Pekerjaan dengan mortar tembok berlangsung menurut urutan berikut ini : Pelapisan dasar, penghalusan, pelapisan kedua dan penyelesaian. Dalam setiap tahap perbandingan pencampuran mortar disesuaikan menurut jenis dasar dan tempat pelapisan.
         Penggunaan mortar tentunya akan berakibat membuat biaya bahan bangunan menjadi bengkak, tetapi karena penggunaannya yang relatif sangat mudah, maka man-hours tukang kita akan berkurang drastis sehingga ongkos tukang akan berkurang. Untuk jangka panjangnya, penggunaan mortar ini juga akan bisa menghindarkan problem yang mungkin terjadi jika dibandingkan dengan penggunaan campuran semen biasa (misal seperti disebut diatas, dinding retak dan lantai terangkat).
        Perlu diketahui juga, untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise) dan juga ruko-ruko terbaru, umumnya sekarang mereka sudah menggunakan mortar dan AAC untuk bahan baku pembuatan dinding, dan juga merekatkan keramik (vertikal dan horisontal) dengan mortar, sedangkan untuk struktur menggunakan beton ready mix. Ini bertujuan untuk menjaga konsistensi bahan baku yang digunakan dan juga efisiensi tenaga kerja, sehingga diharapkan bisa memperpanjang usia bangunan dengan menghindari problem-problem yang mungkin terjadi di kemudian hari. Untuk menghitung efisiensi pemakaian mortar, kita bisa bandingkan pada aplikasi pembuatan tembok. Bisa kita lihat bahwa kalau tukang kita menggunakan bata merah sebagai bahan baku tembok, maka campuran semen yang dia buat akan relatif banyak karena bata merah berdimensi kecil, sehingga untuk merekatkan satu sama lain, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit dan material campuran semen yang banyak.
         Karena mortar sangat beragam jenisnya (dari jenis diatas, bisa dibagi lagi menjadi beberapa sub-jenis, misal tile grout wide, narrow, dll), maka pembahasannya hanya pada beberapa bahan baku penting saja, yaitu antara lain :
a. Semen Umumnya yang dipakai jenis Portland.
b. Sand / Pasir Umumnya dengan kehalusan seragam, antara 0.1-0.4 mm
c. Calcium Carbonate Adalah jenis filler khusus berwarna putih dengan kehalusan seragam. Harap diperhatikan jika menggunakan filler ini karena memiliki oil absorption tinggi, sehingga pemakaian filler ini dapat "mengentalkan" campuran yang dibuat. Biasanya dipakai pada mortar berwarna (menonjolkan warna) seperti tile grout.
d. Lime / Kapur Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus
e. Asam Tartaric Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus
f. Additif Air Release Untuk menghilangkan adanya udara yang terperangkap di dalam mortar saat diaplikasi. Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus.
g. Additif Anti Foam Untuk menghilangkan foam / busa pada saat mortar dicampur air dan diaplikasi. Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus.
h. Beberapa jenis binder lain Untuk meningkatkan sifat flexible dan/atau memperkuat ketahanan tekanan, umumnya untuk aplikasi horizontal tile yang berat seperti granit / marmer. Pemilihan tipe beton sering kali di tentukan oleh kekuatan yang diperlukan,di mana berturut-turut tergantung kepada intensitas pembebanan dan bentuk serta ukuran dari bagian konstruksi

Semen
         Semen adalah bahan anorganik yang mengeras pada pencampuran dengan air atau larutan garam. Contoh khas adalah semen Portland. Material semen adalah material yang mempunyai sifat adhesive dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat agregat-agregat menjadi suatu massa yang padat yang mempunyai kekuatan yang cukup. Kategori terpenting hasil teknologi material ini, mencakup tidak hanyabahan semen yang seperti kita kenal, tetapi juga bahan kapur, aspal dan minyak ter seperti yang digunakan dalam pembuatan jalan, dan lain-lainnya. Untuk membuat struktur beton, terutama sekali dipakai bahan yang disebut sebagai semen hidrolis. Dari berbagai jenis semen hidrolis yang telah dikembangkan, Semen Portland yang untuk pertama kalinya dipatenkan di Inggris pada tahun 1824. Merupakan semen yang paling banyak dipakai. (George Winter, 1993).
        Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditarnbah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Semen juga merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
        Semen dipercaya pertama kali ditemukan dizaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Namun “resep” dari campuran ini akhirnya hilang ditelan jaman siring hancurnya Romawi. Baru pada abad ke-18, John Smeaton - insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batukapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudiandisebutsemenportland.Dinamaibegitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang ditoko-toko bangunan. (Wikipedia, 2010)
      Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari. Persentasi dari oksida – oksida yang terkandung didalam semen Portland adalah sebagai berikut :
1) Kapur ( CaO) : 60 – 66 %
2) Silika (SiO2) : 16 – 25 %
3) Alumina (Al203) : 3 – 8 %
4) Besi : 1 - 5 %.
     
       Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran dan susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a.semen non-hidrolik semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
b.Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras dalam air. Contoh semen hidrolik adalah semen pozollan, semen terak, semen alam, semen protland, semen portland-pozollan, dll.
       Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik dalam perbandingan unsur-unsur utamanya maupun dalam derajat kehalusannya. Senyawa -senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan membentuk senyawa - senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa karena tidak cukup bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu pendinginan terjadi proses pengkristalan dan yang tidak terkristal berbentuk amorf.

Adapun komponen – komponen tersebut berbentuk sebagai berikut :
1) Trikalsium Silikat CaOSiO2 (C3S)
2) Dikalsium Silikat CaOSiO2 (C2S)
3) Trikalsiun Aluminat CaOAi203 (C3A)
4) Tetra Kalsium Alumino Ferit CaOA203Fe203 (C4AF)
5) Air . ( Joko Prakoso, 2006)

Pasir
         Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.
         Pasir yang digunakan dalam adukan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.Pasir harus terdiri dari butir-butir keras dan kasar, jika digosok tidak menjadi halus, Hal ini dikarenakan dengan adanya bentuk pasir yang tajam, maka kaitan antar agregat akan lebih baik, sedangkan sifat keras untuk menghasilkan beton yang keras pula.
2.Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah hancur oleh pengaruh cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan terhadap pengaruh cuaca.
3.Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 4% dari berat kering pasir, lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta semen, jika konsentrasi lumpur tinggi maka beton yang dihasilkan akan berkualitas rendah. Bila terdapat lumpur terlalu banyak, maka pasir tersebut harus diuji terlebih dahulu. 4.Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.
5.Untuk mendapatkan hasil kualitas beton yang baik, maka biasanya harus diusahakan mendapatkan campuran pasir sbb : Campuran pasir harus terletak diantara garis ayakan A dan C (lihat gambar 2.
6). Pasir ini harus terdiri dari pasir halus sekurang-kurangnya 20% dan sebanyak-banyaknya 70%. Untuk beton berkualitas tinggi, haruslah diusahakan mendapatkan pasir yang baik yaitu persentase beratnya terletak diantara garis-garis ayakan A dan B. (Ir. Sutami, 1971)

Desain Penelitian

DESAIN PENELITIAN

Pengertian Penelitian
       Sebelum kita memahami tentang hakekat rancangan penelitian secara khusus, maka harus benar – benar memahami terlebih dahulu tentang pola umum penelitian yang berkaitan dengan : pengertian penelitian, tipologi penelitian, identifikasi & perumusan masalah penelitian, tujuan & manfaat penelitian, variable penelitian, hipotesis, definisi operasional, subyek penelitian, instrumentasi & pengukurannya, dan sebagainya). Namun demikian, dengan mengetahui atau memahami pola umum penelitian saja, maka penelitian itu masih belum bisa dilakukan tanpa mengetahui bagaimana rancangan / desain penelitiannya. Ibarat membangun sebuah rumah, pengetahuan tentang pola umum penelitian itu dapat diumpamakan sebagai cara untuk membuat pondasi, bagaiamana cara membuat kolom, bagaimana merangkai rangka-rangka dari besi, bagaimana cara menyusun batu bata, bagaimana cara membuat dan memasang jendela, pintu, plafon dan sebagainya. Sedangkan untuk membangun sebuah rumah, disamping kemampuan akan hal – hal tersebut di atas, masih diperlukan hal yang lain yaitu gambar rumah yang akan dibangun. dan rancangan penelitian dapat diumpamakan sebagai gambar bangunan rumah tersebut Pokok Bahasan Perencanaan penelitian secara definitif dapat diartikan sebagai gambaran secara mendalam tentang proses penelitian yang hendak dilakukan peneliti guna memecahkan permasalahan. Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka si peneliti bukan saja harus mengetahui aturan permainan, tetapi juga harus mempunyai keterampilan-keterampilan dalam melaksanakan penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah dalam praktik penelitian, maka diperlukan suatu desain penelitian, yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan dalam dangkalnya penelitian yang akan dikerjakan. Desain penelitian harus mengikuti metode penelitian. 

Definisi Desain Penelitian 
Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dimana desain penelitian merupakan bagian dari perencanaan penelitian yang menunjukkan usaha peneliti dalam melihat apakah penelitian yang direncanakan telah memiliki validitas internal dan validitas eksternal yang komprehensif Dalam pengertian yang lebih luas, desain penelitian mencakup proses-proses berikut: a.Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian. 
b.Pemilihan kerangka konsepsual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian  sebelumnya. 
c.Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luasa jangkau (scope), dan hipotesis untuk diuji. 
d.Membangun penyelidikan atau percobaan.
e.Memilih serta member definisi terhadap pengukuran variabel-variabel. 
f.Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan. 
g.Menyusun alat serta teknik untuk mengupulkan data. 
h.Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosessing data. 
i.Menganalisa data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistic. 

      Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interprets data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran-saran dan kerja penelitian yang akan dating. Dari proses diatas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu: 1.Perencanana penelitian 
2.Pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. 
 
     Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah, sampai dengan perumusan hipotesis serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada. Proses selebihnya merupakan tahap operasional dari penelitian. 

Beberapa Ciri Desain Penelitian 
       Desain penelitian tidak pernah dilihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi dilihat dari segi baik atau tidak baik saja. Karena desain juga mencakup rencana studi, maka didalamnya selalu ada trade off antara kontrol atau tanpa kontrol, antara objektivitas dengan subjektivitas. Desain tergantung dari derajat akurasi yang dinginkan, level pembuktian dari tingkat perkembangan dari bidang ilmu yang bersangkutan. Desain yang tepat sekali tidak pernah ada. Hipotesis dirumuskan bisa dalam bentuk alternatif, karena itu desain juga, dapat berbentuk alternative-alternatif. Desain yang dipilih biasanya merupakan kompromi, yang banyak ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan praktis. 

Ciri- ciri desain penelitian, jika di tinjau dari segi : 
  • Desain Dalam Merencanakan Penelitian 
Dalam merencanakan penelitian, desain dimulai dengan mengadakan penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan akan diketahui, dalam memecahkan masalah. Dari penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji dengan data yang diperoleh untuk memecahkan suatu masalah. Dari sisni pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang desain yang akan dibuat untuk penelitian yang akan dikembangkan. Pemilihan desain biasanya dimulai ketika seseorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya. Akan tetapi, aspek yang paling penting adalah berkenan denagan apakah suatu hipotesis yang khas diterjemahkan kedalam fenomena-fenomena yang diamati dan apakah metode penelitian yang akan dipilih akan dapat menjamin diperolehnya data yang perlu untuk menguji hipotesi tersebut. Sampai pada taraf ini, si peneliti dihadapkan kepada pilihan metode yang akan dipakai dalam penelitian. Apakah akan digunakan metode survei, metode eksperimen, ataukah metode kualitatif yang tidak berstruktur. Juga telah dapat dipertimbangkan apakah dengan biaya yang tersedia serta keterampilan dari orang-orang yang akan dilibatkan dalam penelitian sudah cukup tersedia untuk melaksanakan penelitian. Desain untuk perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis, maupun dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah kedalam operasional penelitian secara praktis. Tiap langkah dari desain perencanaan penelitian memerlukan pengambilan keputusan yang tepat oleh si peneliti. Keputusan yang diambil harus merupakan kompromi antara penggunaan metode ilmiah yang sangat sukaar dan kondisi sumber yang tersedia. Kompromi-kompromi ini dapat menghasilkan rencana penelitian yang cocok dengan masyarakat ilmiah setempat serta taraf pengembangan ilmu itu sendiri. 

  • Desain Pelaksanaan penelitian 
Desain pelaksanaan penelitian melipiuti proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing, dan memproses data yang dikumpulkan. Dalam pelaksanaan penelitan termasuk juga proses analisis data serta membuat pelaporan. Oleh Suchman (1967) desaian dalam pelaksanaan penelitian dibagi atas : 
1.Desain sampel 
2.Desain alat (instrumen)
3.Desaian administrasi 
4.Desaian analisis 

Desain Sampel Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat tergantung pandangan efisiensi. Dalam desain sampling ini termasuk :
a) Mendefinisikan populasi 
b) Menentukan besarnya sampel 
c) Menentukan sampel yang representatif 
          Definisi dari sampling sangat bergantung dari hipotesis. Dalam menentukan besar sampel, pemilihannya perlu dihubungkan deangan tujuan penelitian serta banyaknya variabel yang ingin dikumpulkan. Dalam merencanakan desain dari sampling diperlukan teknik-teknik untuk memperoleh sampling yang representative. Memang tedapat perbedaan pendapat apakah sampling yang diambil harus probability sampling, atau judgemental sampling, tetapi perbedaan diatas baru perlu dipertimbangkan untuk disesuaikan dengan kesimpulan yang akan diambil serta inferensi statistic yang akan dibuat. Kombinasi dari kedua teknik sampling diatas dapat juga dilaksanakan. 
         Jika metode penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental, maka dalam masalah desain sampling, penekanan lebih diarahkan, kepada pemilihan desain percobaan yang cocok. Dalam penelitian desain percobaan ini si penelitian selalu dituntun oleh derajat akurasi yang ingin dicapai, validititas yang ingin diperoleh serta error yang ingin diminimisasikan. Kondisi homogenitas dari media percobaan juga menentukan desain percobaan mana yang lebih baik dan lebih efisien untuk digunakan. 

Desain dari Instrument atau Alat Yang dimaksudkan dengan alat disini adalah alat untuk mengumpulkan data. Walau metode penelitian apa saja yang digunakan, masalah desaian terhadap alat untuk mengumpulkan data yang sangat menentukan sekali dalam pengujian hipotesis. Alat yang digunakan dapat saja sangat berstruktur (seperti check list dari questionair atau schedule), kurang berstruktur seperti interview guide ataupun suatu outline biasa didalam mencatat pengamatan langsung. Pemilihan alat harus dievaluasikan sebaik mungkin sehingga alat tersebut cocok dengan informasi yang diinginkan untuk memperoleh data yang sangat cukup reliable. Keculai dalam penelitian percobaan, maka alat yang digunakan dalam penlitian social sukar menjamin terdapatnya validitas mutlak dari obseravasi data. Satu alat bisa saja untuk satu kegunaan , tetapi menjadi tidak valid untuk tujuan yang lain. Secara umum desain alat haruslah dievaluasikan sebelum digunakan untuk dapat menjamin efisiensi dalam mengumpulkan keterangan- keterangan yang diperlukan untk menguji hipotesis.  

Desain analisis Secara ideal desain analisis sudah dikerjakan lebih dahulu sebelum pengumpulan data dimulai. Jika desain dalam memformulasikan hipotesis sudah cukup baik, maka desain analisis secara paralel dapat dikembangkan dari desain merumuskan hipotesis tersebut. Hipotesis tersebut dianggap baik jika konsisten dengan analisis yang akan dibuat. Dalam desain hipotesis, juga harus sudah dispesifikasikan hubungan-hubungan dasar yang akan dianalisis. Dalam analisis hubungan-hubungan antara variabel bebas dan variabel dependent, maka variabel lain yang mempengaruhi kedua variabel diatas perlu juga dianalisis. Hipotesis merupakan titik tolak analisis, tetapi pemikiran imaginative serta pikiran-pikiran asli akan muncul dalam analisis dan disesuiakan dengan data yang tersedia. Dalam analisis, si peneliti akan mencocokkan hipotesis dengan data, menambah yang kurang, mengurangi yang lebih. Walaupun demikian, lukisan akhir yang dihasilkan oleh analisis harus menyerupai gambaran yang dilukiskan oleh hipotesis. Dalam desain analisis, maka diperlukan sekali alat-alat yang digunakan untuk membantu analisis. Penggunaan statistic yang tepat yang sesuai dengan keperluan analisis harus dipilih sebaik-baiknya. Penggunaan statistic sebagai alat analisis sangat berkembang, tetapi dalam analisis yang dilakukan, jangan dilupakan asumsi-asumsi dasar yang ditempelkan pada penggunaan statistic tersebut, serta kearah mana inferensi tersebut akan dibuat. 

Jenis-jenis desain penelitian 
        Pengelompokkan desain penelitian yang menyeluruh belum dapat dibuat dewasa ini, karena masing-masing ahli mengelompokkan jenis desain penelitian sesuai dengan kondisi dari ilmuwan sendiri. 

Pengelompokan jenis-jenis desain penelitian menurut beberapa ahli 
  • Misalnya, Mc Grath (1970) membagi desain penelitian atas lima, yaitu : percobaan dengan kontrol, studi, survey, investigasi, dan penelitian tindakan. 
  • Sedangkan Barnes (1964) membagi desain penelitian atas : 
1) Studi” Sebelum-Sesudah” dengan kelompok kontrol, 
2) Studi” Sesudah Saja” dengan kelompok kontrol, 
3) Studi” Sebelum-Sesudah” dengan satu kelompok, 
4) Studi”Sesudah Saja” tanpa kontrol dan, 
5) Percobaan ex post facto. 

  • Sedangkan Selltiz, et.al.,(1964) membagi desai penelitian dengan tiga bagian: 
1) Desain untuk studi eksploratif dan formulatif 
2) Desain untuk studi deskriptif 
3) Desain untuk menguji hipotesis kausal 

  • Shah (1972) mencoba membgi desain penelitian menjadi enam jenis: 
1) Desain untuk penelitian yang ada control 
2) Desain untuk studi deskriptif dan analitis 
3) Desain untuk studi lapangan 
4) Desain untuk studi dengan dimensi waktu 
5) Desain untuk studi evaluative-non evaluative 
6) Desain dengan menggunakan data primer atau sumber data sekunder